Sabtu, 26 Maret 2016

INFO - WASPADA PENYAKIT BLAS LEHER PADI




WASPADA PENYAKIT BLAS LEHER PADI
 

 Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia  grisea. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi,  P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

 
Gambar : Penyakit blas pada tanaman padi


Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher. Di wilayah Madura dikenal  istilah kelcekel atau pakrempak, ada juga yang bilang penyakit pote ta’un. Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit  blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso. 







Gambar : blas daun dan blas leher

Faktor yang paling berperan dalam penyebaran penyakit blas adalah cuaca. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC. Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan  ke udara. Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari

Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan peningkatan permeabilitas  dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika (Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi.  Pemberian Si cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif selain padi.


Gambar : Streatment benih sebelum sebar

Pengendalian penyakit blas dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1.       Penggunaan benih sehat berlabel
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Pertanaman yang pernah terinfeksi blas tidak dianjurkan untuk dijadikan benih
2.       Perlakuan benih sebelum sebar
Benih direndam atau dilapisi dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih
3.       Cara tanam jajar legowo
Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
4.       Penggunaan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang
Tanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
5.       Pergiliran varietas
Bila padi tersebut ditanam terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas. Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal, dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
6.       Penyemprotan dengan fungisida
Berikut iniadalah contoh bahan aktif pada fungisida yang dapat menekan perkembangan penyakit blas
Nama Umum            (Bahan Aktif)
Nama Dagang
Dosis Formulasi /aplikasi
Volume Semprot /ha
Isoprotiolan
Fujiwan 400 EC
1 lt
400-500 lt
Trisiklazole
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
1 lt / kg
400-500 lt
Kasugamycin
Kasumiron 25 WP
1 kg
400-500 lt
Thiophanate methyl
Tyopsin 70WP
1 kg
400-500 lt

Berikut ini gerakan pengendalian yang dilakukan di beberapa desa wilayah Kecamatan Larangan dan Kecamatan Kadur untuk pengendalian penyebaran Penyakit Blas
No
KEC. KADUR
Luas pengendalian
(potensial serangan blas)
1.
Kertagena Tengah
6,7
2.
Kertagena Daya
5,2
3.
Kertagena Laok
5,8
4.
Pamoroh
3,6
5.
pamaroh
3,6
6.
Kadur
4,5
7.
Sokalelah
4,7
8.
Bangkes
3,7
9.
Pamoroh
5,3
10.
Bungbaruh
3,8

No
KEC. LARANGAN
Luas pengendalian
(potensial serangan blas)
1.
Kaduara Barat
4,6
2.
Lancar
4,2
3.
Duko Timur
4,5
4.
Panaguan
3,7
5.
Montok
5,6
6.
Taraban
3,5
7.
Larangan luar
1,7
8.
Tentenan barat
5,3
9.
Tentenan Timur
5,5
10.
Trasak
2,5
11.
Peltong
7,5

 


 
Gambar : Pengendalian penyakit Blas

    
Gambar : Gerdal OPT wilayah Larangan - Kadur