WASPADA PENYAKIT BLAS LEHER PADI
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher. Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Gambar : Penyakit blas pada tanaman padi
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher. Di wilayah Madura dikenal istilah kelcekel atau pakrempak, ada juga yang bilang penyakit pote ta’un. Penyakit blas juga dapat berkembang pada tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa. Gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso.
Gambar : blas daun dan blas leher
Faktor yang paling berperan dalam penyebaran penyakit
blas adalah cuaca. Penyakit blas lebih menyukai kondisi periode embun yang
panjang, kelembaban yang tinggi dan temperatur malam hari sekitar 22–25 OC.
Pada kondisi lingkungan yang mendukung, satu siklus penyakit blas membutuhkan
waktu kurang lebih 1 mingghu, yaitu dimulai ketika spora jamur menginfeksi dan
menghasilkan suatu bercak pada tanaman padi dan berakhir ketika jamur
bersporulasi (menghasilkan spora baru) yang siap disebarkan ke udara.
Selanjutnya dari satu bercak dapat menghasilkan ratusan sampai ribuan spora
dalam satu malam dan dapat terus menghasilkan spora selama lebih dari 20 hari
Faktor lain yang mendukung perkembangan penyakit blas
adalah pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan, tanah dalam kondisi aerobik
dan stres kekeringan. Pengaruh nitrogen terhadap sel epidermis menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding sel dan menurunnya kadar unsur silika
(Si), sehingga jamur lebih mudah melakukan penetrasi. Pemberian Si
cenderung membantu kekerasan dan ketegakan daun. Sumber inokulum primer
penyakit blas di lapang adalah jerami. Di daerah tropis sumber inokulum selalu
ada spanjang tahun karena adanya spora di udara dan tanaman inang alternatif
selain padi.
Gambar : Streatment benih sebelum sebar
Pengendalian penyakit blas dapat dilakukan dengan
beberapa cara:
1. Penggunaan
benih sehat berlabel
Jamur penyebab penyakit blas
dapat ditularkan melalui benih. Pertanaman yang pernah terinfeksi blas tidak
dianjurkan untuk dijadikan benih
2. Perlakuan
benih sebelum sebar
Benih direndam atau dilapisi
dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5
g/kilogram benih
3. Cara
tanam jajar legowo
Jarak tanam yang tidak terlalu
rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk mengurangi kelembaban sekitar
kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan
terjadinya gesekan antar daun. Petanaman selalu rapat akan menciptakan kondisi
lingkungan terutama suhu, kelembaban, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi
perkembangan penyakit. Di samping itu pada pertanaman yang rapat akan
mepermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman lain.
4. Penggunaan
pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang
Tanaman yang dipupuk nitrogen
dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan
penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman
menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan
menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang.
5. Pergiliran
varietas
Bila padi tersebut ditanam
terus menerus sepanjang tahun maka harus dilakukan pergiliran varietas.
Beberapa varietas yang berbeda tingkat ketahanannya ditanam pada satu areal,
dapat mengurangi tekanan seleksi terhadap patogen, sehingga dapat memperlambat
terjadinya ras baru patogen dan patahnya ketahanan suatu varietas.
6. Penyemprotan
dengan fungisida
Berikut iniadalah contoh bahan
aktif pada fungisida yang dapat menekan perkembangan penyakit blas
Nama
Umum (Bahan
Aktif)
|
Nama Dagang
|
Dosis Formulasi /aplikasi
|
Volume Semprot /ha
|
Isoprotiolan
|
Fujiwan 400 EC
|
1 lt
|
400-500 lt
|
Trisiklazole
|
Dennis 75WP, Blas 200SC, Filia 252 SE
|
1 lt / kg
|
400-500 lt
|
Kasugamycin
|
Kasumiron 25 WP
|
1 kg
|
400-500 lt
|
Thiophanate methyl
|
Tyopsin 70WP
|
1 kg
|
400-500 lt
|
Berikut ini gerakan pengendalian yang dilakukan di
beberapa desa wilayah Kecamatan Larangan dan Kecamatan Kadur untuk pengendalian
penyebaran Penyakit Blas
No
|
KEC. KADUR
|
Luas pengendalian
(potensial serangan blas)
|
1.
|
Kertagena Tengah
|
6,7
|
2.
|
Kertagena Daya
|
5,2
|
3.
|
Kertagena Laok
|
5,8
|
4.
|
Pamoroh
|
3,6
|
5.
|
pamaroh
|
3,6
|
6.
|
Kadur
|
4,5
|
7.
|
Sokalelah
|
4,7
|
8.
|
Bangkes
|
3,7
|
9.
|
Pamoroh
|
5,3
|
10.
|
Bungbaruh
|
3,8
|
No
|
KEC. LARANGAN
|
Luas pengendalian
(potensial serangan blas)
|
1.
|
Kaduara Barat
|
4,6
|
2.
|
Lancar
|
4,2
|
3.
|
Duko Timur
|
4,5
|
4.
|
Panaguan
|
3,7
|
5.
|
Montok
|
5,6
|
6.
|
Taraban
|
3,5
|
7.
|
Larangan luar
|
1,7
|
8.
|
Tentenan barat
|
5,3
|
9.
|
Tentenan Timur
|
5,5
|
10.
|
Trasak
|
2,5
|
11.
|
Peltong
|
7,5
|
Gambar : Pengendalian penyakit Blas
Gambar : Gerdal OPT wilayah Larangan - Kadur